Translate

Friday, September 19, 2014

Tuesday, September 9, 2014

Suatu Hari di Cathedral


"Diajeng, meskipun Mas ini tidaklah gantheng, tapi Mas fotografer loh! Mari kubuktikan. Akan kupotret wajah ayumu dengan kamera mahalku, berlatar belakang Cathedral yang megah. Tapi setelah ini kita pacaran ya."

***


Minggu lalu saya memang ke Cathedral Jakarta. Suami saya kaget waktu ujug-ujug saya ngajak ke Gereja. "Iya, saya sedang kepingin foto-foto." Yang merasa niat saya pergi ke Gereja salah, tolong jangan komentar karena niat ibadat ataupun niat hidup saya bukan urusan kamu.

Cathedral ini adalah sebuah bangunan gereja yang sangat mewah dan megah, sekaligus mempunyai nuansa romantis. Ketika perayaan ekaristi digelar, pada bagian atapnya yang super tinggi akan tetap ada burung-burung gereja yang berterbang kian kemari. Iya, burungnya ada di dalam ruangan gedung Gereja. Tapi tenang, karena sampai saat ini belum ada jemaah (seperti suami saya) ataupun turis (seperti saya) yang mengeluh ketiban tahi saat berdoa atau foto-foto.

Untuk membuktikan bahwa saya sungguh-sungguh ke Cathedral, saya akan suguhkan foto diri saya dengan latar belakang Cathedral, walaupun suami saya bukan fotografer dengan kamera mahal:



***

Yang tertulis pada baris paling atas adalah dialog imajiner yang melintas di benak saya, ketika melihat hasil foto saya yang paling atas tersebut. Pada bagian tengah Cathedral, tepat di depan altar, ada seorang mas-mas kerempeng dengan DSLR yang tampak berat, sedang membidik seorang perempuan modis bergincu merah yang saya sinyalir sebagai bribikannya.

Dialog tersebut tercipta karena saya ingat pernah dicurhati oleh seorang teman saya. Adiknya teman saya, tepatnya. Dia masih kuliah, masih remaja, cantik, ceria, kinyis-kinyis.

"Mbak, aku jomblo!"
"Kasian. Masih jaman?"
"Makanya, cariin dong?!"
"Masa nggak bisa cari sendiri? Katanya miss gaul?"
"Maunya sih pacaran sama fotografer..."

Saya kemudian jadi teringat lagi, beberapa kali ada remaja yang cerita ke saya, bercerita ke orang lain kemudian diceritakan ke saya, ataupun saya lihat dari status facebook dan timeline twitter-nya, bahwasanya dia: kepingin punya pacar fotografer.

Oh iya, saya juga punya teman, laki-laki, pekerja kantoran, domisili Solo, jomblo (sekalian ini dia minta numpang promosi). Baru-baru ini dia mendadak saja kepingin beli kamera mahal dan belajar fotografi. Bukan sebagai profesi cuma sebagai hobi. Beberapa kali saya lihat di akun facebook-nya, hasil jepretannya yang rata-rata adalah dedek-dedek remaja perempuan dengan pose yang sedikit mmm...nyeni :D.

Suatu saat saya iseng tanya ke dia:
"foto situ kok mbak-mbak seksi mulu, Mas?"
"Iya dong. Masa mau moto mbak-mbak nggak seksi kayak situ."
"Pret! Maksudnya moto pemandangan gitu lho mas sekali-sekali."
"Iya, moto gunung kembar."
"Pret! Kenapa mendadak suka moto mas?"
"Seneng aja. Ternyata asik banget! Bla bla bla" *bercerita soal fotografi, yang saya nggak mudeng*
"Ooo.." *manggut-manggut sok yes* "Ada keuntungan lain?"
"Berhubung aku memang nggak niat kerja di sektor ini, ya kalau maksudnya keuntungan uang nggak ada. Tapiiii...aku jadi digandrungi dedek-dedek seksi. Ihik!"

***

"Kamu masih pengen punya pacar fotografer?"
"Masih, mbak! Mau ngenalin?"
"Mmm...memangnya kenapa sih kepengen punya pacar fotografer?"
"Soalnya aku suka difoto"
"Wah, mendingan kalau gitu pengen punya pacar milyader aja. Kalau cuma pengen difoto, kan bisa tuh minta dibayarin fotografer papan atas. Sekalian minta dibeliin outfits buat kamu tofoto. Plus dibayarin nyalon sebelum foto biar hasil fotomu makin kinclong. Juga dibayarin member gym biar pas difoto kamu udah agak seksian dikit. Dan setelah sesi pemotretan kan laper tuh, bisa mintak dibayarin makan di restoran mahal"
"...."

***

Tulisan ini nggak bermaksud apa-apa. Cuma obrolan basi. Toh saya juga punya mantan pacar yang profesinya fotografer. Dan suami saya walau bukan fotografer tapi juga hobi fotografi. Dan saya juga suka difoto-foto ala model gitcyu #poseseksi.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...